Renungan Hati

Ku rasa tuhan telah menambil kantong air mataku ini..

Mungkin Tuhan tahu bahwa hambanya yang satu ini jarang menangis, dan ingin mengambilnya..

Tapi…

Aku pun seorang manusia, yang mempunyai hati untu merasakan suka, sedih dan lainnya..

Seperti saat ini, aku sedang digalau oleh kesedihan.

Aku ingin sekali menangis dengan sepuasnya, menangis untuk menumpahkan semua beban yang ada di hati ini. Tapi seolah aku tak lagi memiliki air mata, karena tak jua aku menangis.

Malam ini aku membaca comment di wallmu. Tadinya aku berniat untuk becanda denganmu. Bebarapa commenku kamu balas, aku pun membalas.. tapiii aku pun tercenung melihat balasan commetmu untuk dirinya. Untuk seorang wanita yang kini singgah dihatimu, untuk seorang permaisuri hatimu. Aku hanya tersenyum melihat kemesraanmu denganya, walau sebenarnya ada luka yang kau buat di hatiku kini.

Kau adalah orang pertama yang membukakan hati polosku ini, dan aku tak pernah menyadari itu semua hingga waktu yang mengatakannya padaku. Tapi kau pelu tahu kalau ada sebuah kenyamananan yang aku rasakan ketika melihatmu, hanyalah sebuah penetram hatilah saat ku mendengar suaramu,, walau aku tahu setiap kali kita bertemu hanya cacian, makian dan kebencian yang aku berikan berikan padamu. Dan hanya bentakan dan cacian yang aku terima pula darimu. Sejak awal kita bertemu tak pernah ada kata – kata manis yang kau ucapkan untuk diriku, begitu pula diriku tak pernah ada kata – kata manis yang aku ucapkan untuk dirimu. Kita adalah sosok manusia yang masih diliputi dengan ego yang tinggi.

Kadang saat kumelihatmu bercengkrama dengan teman – teman wanitamu, ada sebuah rasa cemburu di hatiku ini. Dan aku tahu, bahwa aku tak pernah mau mengakuinya. Ingin rasanya aku diperlakukan seperti itu. Seperti kamu memperlakukan teman – teman wanitamu atau mungkin kekasihmu. Saat kamu tertawa bersama, berbagi kesenangan dengan mereka, namun tak pernah kumerasakan itu darimu. Dan harapan kecil itu kini masih saja tersimpan rapi di hatiku ini. Sebuah harapan yang mungkin akan kamu benci. Karena kamu kini telah memiliki tambatan hati. Seorang teman hati yang selalu akan menghapus air mata sedihmu, memberimu senyuman, menemani hari – hari yang kau lalui, dan masih banyak lagi yang akan ia lakukan untuk membuatmu bahagia.

Aku gak tahu apa aku harus bahagia atau justru sedih, jujur aku senang melihatmu bisa bahagia, namun terkadang aku berharap akulah wanita yang bisa memberikan itu semua untukmu. Tapi aku tahu aku bukanlah wanita yang kamu pilih dan aku bukan wanita yang kau cintai.

6 tahun aku memendam rasa untukmu. 6 tahun bukanlah waktu yang pendek bagiku. Terkadang aku ingin sekali melupakanmu, menghilangkan semua kenangan tentang kita berdua yang mungkin bagi semua orang atau bahkan dirimu tidak ada manis manisnya tapi tidak untuk diriku. Kenangan bertengkar kita, tatapan marah kamu kepadaku, tatapan jengkelmu padaku ku rindukan itu semua. Kapan aku bisa melihatmu lagi,, kapan kita bertengkar lagi,, kapan kita bisa seperti dulu lagi? Aku tahu, mungkin aku terlalu bermimip.Tapi itulah harapan – harapan kecilku ,, tapi sunggu aku sangat merindukan itu semua dan sayangku kepadamu belum ada yang menggantikan. Jujur, hingga kini aku belum mampu menemukan sosok pengganti dirimu. Aku masih mengharapkan dirimu, aku masih mengharapkan dirimu yang selalu meneleponku, yang selalu sms ke padaku layaknya seorang kekasih kepada kekasihnya. Namun aku tahu, itu hanya sebuah harapan kecilku yang tak akan pernah terwujud. Karena kini kau tak lagi sendiri. Kau memiliki pelabuahan yang akan selalu memberikanmu kenyamanan.

Miss you

and love you forever..

Category: 0 komentar

Pohon, Daun dan Angin

Malam ini sangat sunyi..

Berbeda dengan malam sebelumnya, malam ini daun sendiri

Bila sebelumnya daun bercakap – cakap dengan sang pohon kini dia hanya duduk termenung ..

Angin melihat sang daun yang hanya termenung menanti sang pohon, berusaha untuk membelainya dan menghembuskannya agar sang daun tersenyum kembali ..

Angin ingin menghembuskannya k suatu tempat dimana hanya ada angin dan daun. Ingin rasanya angin membelai lembut daun,, tapi ia tak mampu melakukannya.

Daun mengerti akan kerisauan angin, tapi dia sudah terlalu autis dengan pohon. Bila daun itu dapat berbicara, mungkin ia akan mengatakan “gengamlah erat aku pohon biar aku dapat terus berada di sisimu. Menemanimu di teriknya matahari, melindungimu dari angin yang berusaha menombangkanmu,”

Tapi daun hanya bisa bungkam seribu bahasa. Daun tak dapat berucap layaknya akar. Daun sadar, dia bukanlah akar yang memiliki fungsi penting bagi pohon.

Daun tetap berusaha terus menancap di pohon, berusaha menemani pohon. Daun tahu bahwa pohon tidak akan pernah peduli dengan daun.

Daun akan tetap menjadi daun. Ia tidak akan berubah menjadi akar. Belaian angin yang terus berusaha membawa daun ke tempat indahnya, tak jua menemukan hasil. Daun tetap dengan kesendiriannya, menatap dan berusaha tetap tegar melihat pohon.

Category: 0 komentar